Ketika mulut tak bisa lagi untuk bicara. Ketika mulut tak
bisa lagi mengungkapkan segala sesuatu yang mengganggu kenyamanan otak dan
hati. Ketika mulut
hanya bisa diam dan terus diam namun hati seakan terus memberontak kepada penciptanya “Mengapa semua ini begitu tidak adil”? apakah penciptanya akan seketika peduli hingga mengulurkan tangan sekedar untuk memeluk? Atau mungkin mengikhlaskan bahuNya sekedar untuk menjadi tempat sandaran?
hanya bisa diam dan terus diam namun hati seakan terus memberontak kepada penciptanya “Mengapa semua ini begitu tidak adil”? apakah penciptanya akan seketika peduli hingga mengulurkan tangan sekedar untuk memeluk? Atau mungkin mengikhlaskan bahuNya sekedar untuk menjadi tempat sandaran?
Ketidakadilan yang di rasakan manusia apakah juga menjadi ketidakadilan
bagi penciptanya? Apakah sepenuhnya hanyalah sebuah kebenaran yang menjadi
tolak ukur untuk mendapatkan bonus poin dari sang pencipta yang biasa disebut
pahala? Apakah ukuran kebahagiaan tergantung dari pahala yang di peroleh dari
penciptanya? Apakah hanya orang berpahala saja yang wajib menerima kebahagiaan
dari Tuhannya ?
Bagaimana dengan orang yang mencari kebenaran dengan
memulainnya dari sebuah kesalahan? Tidakkah mereka diperhatikan oleh
penciptaNya? Tidakkah mereka dikasihi? Tidakkah mereka diberi jalan? Tidakkah
mereka di tuntun? Tidakkah mereka diringankan? Dan bagaimana pula dengan
manusia yang tanpa sengaja tersesat, tanpa sengaja memilih pilihan yang tidak
tepat? Tanpa sengaja terjerumus? Akankah penciptaNya menuntunnya kembali? Atau
membiarkannya tetap tersesat? Sementara dia sudah sangat rindu dengan
penciptaNya?
Bagaimana pula hukum Tuhan terhadap hubungan sesama
manusia? Apakah ada manusia tertentu, yang diberikan kekuasaan oleh Tuhan untuk
bisa mendzolimi manusia yang lain ? apakah dengan berilmu, berpengetahuan dan
berakal manusia tidak lagi memerlukan hati untuk menjadikannya manusia yang
sempurna ?
Aku selalu menunggu jawabanMu wahai Pencipta diri.
0 komentar:
Posting Komentar