Aku Adalah Aku

Aku adalah aku. Tak ada yang menyamaiku dalam bentuk transformasi wujud apapun. 

Aku adalah aku. Sosok dahsyat ciptaan Tuhan yang dibekali nyawa bersama perangkat otak, hati dan akal yang semuanya berbeda ukuran dengan manusia ciptaan Tuhan yang lain.

Aku adalah aku. Alien bumi baik hati yang mampu membangun duniaku sendiri, menciptakan imajinasi yang kontras dengan kehidupan nyata tapi palsu.

Everything is My Family :)

Waktu menunjukkan pukul 7.02 am, aku pun terbangun. Kudengar jelas suara alunan musik khas telinga wanita menyambut pagi ku hari itu. Seketika ku cari handphone butut ku dan refleks ku telfon seseorang yang berperan penting dalam keberadaan jasad ku di bumi Tuhan ini yang saat itu berada jauh ratusan kilometer dari tempat ku terbangun pagi itu. Terdengar pun sapa suara serak dari seberang telefon yang telah ku dahului dengan salam sebagai do’a keselamatan.

Do'a Sebelum Tidur

Tuhan, jika bahagia yang aku terima di bumi hanya 25% dari total 100% kesedihanku apa aku bisa menemukan 75% sisa bahagiaku di akhirat?

Ketika aku berkata “Aku Tak sanggup lagi Tuhan!”, Apakah engkau masih akan terus membebaniku dengan ujianMu? 

Mengapa mereka yang sering mengucap namaMu hanya sekedar untuk lelucon meraup materi dunia, berpenyakit hati, memanfaatkan manusia lain, berkata kasar toh hidupnya masih bisa tertawa lepas dan di lancarkan rejeki. 

Menunggu Sang Kantuk tiba (3:16 am)

3:16 am

Ada banyak hiasan yang terpampang ramai di dinding Ruang nomor 12. Ruang yang hanya bisa menyamankan 1 manusia dengan berat maksimal 60 Kg. Ruang yang selalu memproduksi zat nyaman untuk ku, tugas kuliahku dan seluruh keletihan dari aktivitas keseharianku. 

Tepat pukul 3:16 am, di ruang nomor 12 mata ini seakan mati rasa untuk sekedar memejamkan. Mungkin karena terlalu banyak spam yang bergelantungan di otak atau karena jiwa telah terserang insomnia akut. Entahlah !! ini sangat tidak mengenakkan.

“ Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?”

“maaf bu, ini kan makanan yang sudah jelas tidak lagi layak untuk dimakan”

“lah mau bagaimana lagi? Yang tersisa untuk kami hanyalah makanan seperti ini. Untungan – untungan jika ada yang ikhlas memberi yang layak”.

Waspada terhadap Alien berwujud Manusia

Begitu herannya gue sama manusia yang inti dari tujuan hidupnya adalah sirik sama kehidupan manusia yang lain. Kasihan deh sama hatinya sendiri, ngga bisa liat orang senang hatinya pasti bakal bengkak.