“maaf bu, ini kan makanan yang sudah jelas tidak lagi layak
untuk dimakan”
“lah mau bagaimana lagi? Yang tersisa untuk kami hanyalah
makanan seperti ini. Untungan – untungan jika ada yang ikhlas memberi yang
layak”.
Sekilas di
atas adalah percakapan gue dengan ibu – ibu pemulung sampah di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) di Kota Kelahiran Gue. Lu pasti mikir kan ? doyan amat
gue ke TPA hanya sekedar ngeKepoin apa yang di makan para masyarakat yang
tinggal disana. Lah inilah yang namanya tuntutan profesi. Mau nggak mau ya
harus mau. Kalo lu ga mau yah selamat menjadi Mahasiswa abadi di kampus teknik
tercinta.
Kebetulan
gue kuliah di Jurusan yang kesehariannya belajar tentang ruang di bumi beserta
segala isi – isinya , di rencanakan keberlanjutannya, dimanfaatkan potensinya
dengan selalu mengacu pada aturan yang ada sehingga akan tercipta bumi yang
nyaman dan layak huni bagi seluruh umat Tuhan yang bernyawa. Nah untuk tugas
mata kuliah kali ini, gue di wajibkan buat mensurvey keadaan penduduk di
sekitar TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Yang ada di otak gue saat itu, apa gue
harus bawa baju astronout untuk menghindari wangi sampah di TPA ataupun gue
perlu bawa tabung oksigen agar nanti kalo kehabisan oksigen gue punya
cadangannya. Yah entahlah, that’s just an imagination.
Dan
ternyata benar dugaan gue, baru aja sampe gerbang utama TPA segala isi perut
gue seketika keluar. Tuhan, baru kali ini gue nyium parfum yang baunya sampe
bisa bikin trauma akut, amnesia sesaat, kehilangan nafsu makan seminggu dan kehilangan
oksigen selama beberapa menit. Saat itu gue emang udah gak niat untuk
meneruskan misi perdamaian gue, eh salah misi kelengkapan data tugas gue
maksudnya di karenakan hal tersebut. Namun dengan tekad yang kuat untuk cepat
sarjana gue teruskan niat gue kedalam TPA buat mewawancarai penduduk di sana.
Masuklah
gue dan teman – teman kelompok kedalam. Yang bisa gue deskripsikan, TPA itu
ukurannya lebih dari sehektar, di dalamnya ada gubuk – gubuk pemulung sampah,
ada pos – pos pembuatan pupuk kompos, ada Lahan dengan sampah setinggi candi
Borobudur, ada warung dan ekstrimnya ada Tukang Bakso. IYA TUKANG BAKSO! TUKANG
BAKSO ADA DI LOKASI TPA. lu masuk gerbangnya aja udah di jemput sama parfum
penghilang nyawa yang bisa bikin mati suri, lah ternyata didalamnya ada pula
tukang bakso. Gue bisa pastiin yang makan di tempat bakso tersebut tergolong
manusia yang penciumannya udah ga peka dan kemungkinan besar pula ga punya
hidung.
Gue
teruskan perjalanan gue, mulai dari foto – foto lokasi hingga wawancara. Ketika
semua kegiatan hampir selesai gue sedikit tergerak buat nanya sama satu orang
ibu – ibu yang lagi sibuk ngumpulin makanan bekas, dan gue nanya kalo makanan
bekas itu di kumpulin buat apa, dengan cuek si ibupun ngejawab kalo makanan
tersebut dikumpulin buat di makan.
“maaf bu, ini kan makanan yang sudah jelas tidak lagi layak
untuk dimakan”
“lah mau bagaimana lagi? Yang tersisa untuk kami hanyalah
makanan seperti ini. Untungan – untungan jika ada yang ikhlas memberi yang
layak”.
Seketika
gue ngerasa semacam ada tamparan besar yang gue juga ga tau siapa yang nampar.
Gue ingat saat gue nangis guling – guling kalo makanan yang ada di atas meja
makan rumah gue ga sesuai sama selera, nahan gengsi buat makan kendatipun asam
lambung gue udah di atas ambang batas karena masih dalam moment ngambek dan
segala hal yang bikin gue ga bersyukur sama rezeki makanan. Mau nangis tapi
malu ntar diketawain sama ibu – ibunya. Iya, perasaan saat itu complicated dan
bikin gue harus lebih mengasah otak agar mampu bersyukur atas setiap detail
kebahagiaan yang diberikan Tuhan sama gue.
Dari
segala fenoma ketidak biasaan yang ada di depan gue saat itu gue seketika
bersyukur sebanyak mungkin yang gue mampu atas segala berkah dan nikmat yang
ada di hidup gue. Gue punya orang tua yang mampu mencukupi segala hasrat
manusiawi gue, gue bisa sekolah dari TK sampe kuliah, gue bisa ngerasain
nikmatnya make smartphone, gue bisa menikmati nyamannya punya kendaraan pribadi
walau emang punya orang tua gue, gue bisa menikmati gimana adicted sama
internet, gue bisa menikmati wanginya kamar kos gue, gue bisa menikmati acara
tv spongebob square pants, gue bisa menikmati musik favorit gue, gue bisa beli
aksesoris lucu di mall – mall, gue bisa menikmati asiknya nulis lewat media
elektronik, dan banyak lagi yang hal – hal lain yang belum tentu bisa dinikmati
semua manusia di bumi ini.
Sekali lagi
gue bersyukur dan emang nyata kata Tuhan “ Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan ?”. dan absolutely gue ga bisa ngelak untuk ga bersyukur.
Sekalipun menurut
pandangan kita, orang – orang yang tinggal di lingkunga TPA hidupnya ga bahagia
gue yakin ada satu hal signifikan yang bisa membuat mereka bahagia ditengah
penderitaan mereka karena Tuhan itu hebat! Begitu Hebatnya Tuhan hingga Dia
tahu dan telah menyiapkan kotak bahagia dengan kapasitas yang adil bagi tiap –
tiap umatnya yang jumlahnya ada milyaran di bumi ini dan itu adalah salah satu
hal terkeren yang dilakukan Pencipta kita.
Menurut otak gue, belajar dari hal – hal kecil
yang ada di sekitar gue adalah salah satu dokumen materi simpel agar gue mampu
berfikir bahwa ternyata gue emang absolut
ga ada apa – apanya sama sekali jika dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan
gue yang Maha Kuasa. Dari fenomena tersebut pula gue jadi mikir kalo sebenarnya
fungsi orang kaya di bumi ini adalah untuk mensejahterakan orang miskin. Tuhan
menciptakan kita beragam di bumi ini untuk saling melengkapi dengan manusia
yang lain, jika kita hidup seimbang dengan manusia yang lain tentu manusia bumi
ga akan pernah mengenal kata perang, permusuhan dan segala yang berbau
kebencian. Benar ?
Sejelek
jeleknya pandangan manusia terhadap nikmat yang diberikan Tuhan tetaplah harus
di syukuri karena Tuhan tahu kapasitas masing – masing nilai bahagia bagi tiap –
tiap makhlukNya yang bernyawa. Jika kita mampu melakukan hal tersebut, gue
jamin ga bakalan ada namanya penyakit hati yang bernama Iri kepada manusia lain.
Belajarlah
dari keadaan disekelilingmu. Jika kamu merasa lebih sejahtera dari manusia yang
lain, itu artinya kamu diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk bisa mensejahterakan
orang – orang kecil disekelilingmu. Dan jika sudah di berikan kepercayaan,
tentu diwajibkan untuk melaksanakan amanah tersebut. Amanah dari Tuhan tentu
akan diminta pertanggung jawabannya di akhirat nanti. Dan ada konsekuensinya
terhadap hal – hal yang tidak mampu dipertanggung jawabkan.
Selamat Berbagi
dan selalu beryukur :)
0 komentar:
Posting Komentar