My Rainbow Dreams

Just Blogger Templates

Selasa, 04 Juni 2013

“ Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?”

“maaf bu, ini kan makanan yang sudah jelas tidak lagi layak untuk dimakan”

“lah mau bagaimana lagi? Yang tersisa untuk kami hanyalah makanan seperti ini. Untungan – untungan jika ada yang ikhlas memberi yang layak”.


Sekilas di atas adalah percakapan gue dengan ibu – ibu pemulung sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kota Kelahiran Gue. Lu pasti mikir kan ? doyan amat gue ke TPA hanya sekedar ngeKepoin apa yang di makan para masyarakat yang tinggal disana. Lah inilah yang namanya tuntutan profesi. Mau nggak mau ya harus mau. Kalo lu ga mau yah selamat menjadi Mahasiswa abadi di kampus teknik tercinta.

Kebetulan gue kuliah di Jurusan yang kesehariannya belajar tentang ruang di bumi beserta segala isi – isinya , di rencanakan keberlanjutannya, dimanfaatkan potensinya dengan selalu mengacu pada aturan yang ada sehingga akan tercipta bumi yang nyaman dan layak huni bagi seluruh umat Tuhan yang bernyawa. Nah untuk tugas mata kuliah kali ini, gue di wajibkan buat mensurvey keadaan penduduk di sekitar TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Yang ada di otak gue saat itu, apa gue harus bawa baju astronout untuk menghindari wangi sampah di TPA ataupun gue perlu bawa tabung oksigen agar nanti kalo kehabisan oksigen gue punya cadangannya. Yah entahlah, that’s just an imagination.

Dan ternyata benar dugaan gue, baru aja sampe gerbang utama TPA segala isi perut gue seketika keluar. Tuhan, baru kali ini gue nyium parfum yang baunya sampe bisa bikin trauma akut, amnesia sesaat, kehilangan nafsu makan seminggu dan kehilangan oksigen selama beberapa menit. Saat itu gue emang udah gak niat untuk meneruskan misi perdamaian gue, eh salah misi kelengkapan data tugas gue maksudnya di karenakan hal tersebut. Namun dengan tekad yang kuat untuk cepat sarjana gue teruskan niat gue kedalam TPA buat mewawancarai penduduk di sana. 

Masuklah gue dan teman – teman kelompok kedalam. Yang bisa gue deskripsikan, TPA itu ukurannya lebih dari sehektar, di dalamnya ada gubuk – gubuk pemulung sampah, ada pos – pos pembuatan pupuk kompos, ada Lahan dengan sampah setinggi candi Borobudur, ada warung dan ekstrimnya ada Tukang Bakso. IYA TUKANG BAKSO! TUKANG BAKSO ADA DI LOKASI TPA. lu masuk gerbangnya aja udah di jemput sama parfum penghilang nyawa yang bisa bikin mati suri, lah ternyata didalamnya ada pula tukang bakso. Gue bisa pastiin yang makan di tempat bakso tersebut tergolong manusia yang penciumannya udah ga peka dan kemungkinan besar pula ga punya hidung.

Gue teruskan perjalanan gue, mulai dari foto – foto lokasi hingga wawancara. Ketika semua kegiatan hampir selesai gue sedikit tergerak buat nanya sama satu orang ibu – ibu yang lagi sibuk ngumpulin makanan bekas, dan gue nanya kalo makanan bekas itu di kumpulin buat apa, dengan cuek si ibupun ngejawab kalo makanan tersebut dikumpulin buat di makan.

“maaf bu, ini kan makanan yang sudah jelas tidak lagi layak untuk dimakan”

“lah mau bagaimana lagi? Yang tersisa untuk kami hanyalah makanan seperti ini. Untungan – untungan jika ada yang ikhlas memberi yang layak”.

Seketika gue ngerasa semacam ada tamparan besar yang gue juga ga tau siapa yang nampar. Gue ingat saat gue nangis guling – guling kalo makanan yang ada di atas meja makan rumah gue ga sesuai sama selera, nahan gengsi buat makan kendatipun asam lambung gue udah di atas ambang batas karena masih dalam moment ngambek dan segala hal yang bikin gue ga bersyukur sama rezeki makanan. Mau nangis tapi malu ntar diketawain sama ibu – ibunya. Iya, perasaan saat itu complicated dan bikin gue harus lebih mengasah otak agar mampu bersyukur atas setiap detail kebahagiaan yang diberikan Tuhan sama gue.

Dari segala fenoma ketidak biasaan yang ada di depan gue saat itu gue seketika bersyukur sebanyak mungkin yang gue mampu atas segala berkah dan nikmat yang ada di hidup gue. Gue punya orang tua yang mampu mencukupi segala hasrat manusiawi gue, gue bisa sekolah dari TK sampe kuliah, gue bisa ngerasain nikmatnya make smartphone, gue bisa menikmati nyamannya punya kendaraan pribadi walau emang punya orang tua gue, gue bisa menikmati gimana adicted sama internet, gue bisa menikmati wanginya kamar kos gue, gue bisa menikmati acara tv spongebob square pants, gue bisa menikmati musik favorit gue, gue bisa beli aksesoris lucu di mall – mall, gue bisa menikmati asiknya nulis lewat media elektronik, dan banyak lagi yang hal – hal lain yang belum tentu bisa dinikmati semua manusia di bumi ini.

Sekali lagi gue bersyukur dan emang nyata kata Tuhan “ Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?”. dan absolutely gue ga bisa ngelak untuk ga bersyukur.

Sekalipun menurut pandangan kita, orang – orang yang tinggal di lingkunga TPA hidupnya ga bahagia gue yakin ada satu hal signifikan yang bisa membuat mereka bahagia ditengah penderitaan mereka karena Tuhan itu hebat! Begitu Hebatnya Tuhan hingga Dia tahu dan telah menyiapkan kotak bahagia dengan kapasitas yang adil bagi tiap – tiap umatnya yang jumlahnya ada milyaran di bumi ini dan itu adalah salah satu hal terkeren yang dilakukan Pencipta kita.

 Menurut otak gue, belajar dari hal – hal kecil yang ada di sekitar gue adalah salah satu dokumen materi simpel agar gue mampu berfikir bahwa ternyata gue emang absolut  ga ada apa – apanya sama sekali jika dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan gue yang Maha Kuasa. Dari fenomena tersebut pula gue jadi mikir kalo sebenarnya fungsi orang kaya di bumi ini adalah untuk mensejahterakan orang miskin. Tuhan menciptakan kita beragam di bumi ini untuk saling melengkapi dengan manusia yang lain, jika kita hidup seimbang dengan manusia yang lain tentu manusia bumi ga akan pernah mengenal kata perang, permusuhan dan segala yang berbau kebencian. Benar ?

Sejelek jeleknya pandangan manusia terhadap nikmat yang diberikan Tuhan tetaplah harus di syukuri karena Tuhan tahu kapasitas masing – masing nilai bahagia bagi tiap – tiap makhlukNya yang bernyawa. Jika kita mampu melakukan hal tersebut, gue jamin ga bakalan ada namanya penyakit hati yang bernama Iri kepada manusia lain.

Belajarlah dari keadaan disekelilingmu. Jika kamu merasa lebih sejahtera dari manusia yang lain, itu artinya kamu diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk bisa mensejahterakan orang – orang kecil disekelilingmu. Dan jika sudah di berikan kepercayaan, tentu diwajibkan untuk melaksanakan amanah tersebut. Amanah dari Tuhan tentu akan diminta pertanggung jawabannya di akhirat nanti. Dan ada konsekuensinya terhadap hal – hal yang tidak mampu dipertanggung jawabkan.

Selamat Berbagi dan selalu beryukur :)

0 komentar:

Posting Komentar