Waktu menunjukkan
pukul 7.02 am, aku pun terbangun. Kudengar jelas suara alunan musik khas
telinga wanita menyambut pagi ku hari itu. Seketika ku cari handphone butut ku dan
refleks ku telfon seseorang yang berperan penting dalam keberadaan jasad ku di
bumi Tuhan ini yang saat itu berada jauh ratusan kilometer dari tempat ku
terbangun pagi itu. Terdengar pun sapa suara serak dari seberang telefon yang
telah ku dahului dengan salam sebagai do’a keselamatan.
I: “Ma,
bagaimana kabarnya ? sehat kan ?”
M: “Alhamdulillah
sehat de”
I: “Papa
sama adek – adek ?”
M: “Alhamdulillah
semuanya sehat walafiat”
I: “Alhamdulillah
kalo begitu”
Hatiku lega,
semua jasad bernyawa yang aku cintai masih di berikan nikmat sehat oleh Tuhan
Pencipta.
M: “Bagaimana
kuliahnya ? udah bisa sarjana kan tahun ini ?”
I: “Hehehe,
insha Allah mama. Doakan yah, karena do’a orang tua yang paling di senangi Oleh
Allah
M: “iya,
Insha Allah di mudahkan Allah SWT. Amiiinn
Sepenggalan
percakapan ku dengan manusia perantara keberadaan jasad ku di dunia membuat
pagi itu terasa me-lega-kan. Kuhirup nafas panjang, dan mulai fokus untuk
segera membahagiakan mereka. Yah, mereka orang – orang yang mencintaiku dengan
murni tanpa ada tambahan zat – zat nista yang merugikan.
Dengan
secepatnya menjadi seorang sarjana muda pun, bagiku tidak cukup untuk membayar
semua kebahagiaan yang telah mereka korbankan untukku. Banyak sekali pengorbanan
besar yang mereka lakukan. Mulai dari korban waktu, korban tenaga, korban hati,
korban materi, dan masih banyak lagi pengorbanan lain yang jika di hitung
menggunakan rupiah tidak akan pernah cukup untuk di bayar. Itulah keluarga. Sekelompok
manusia yang menyayangi kita tanpa syarat, tanpa bunga, tanpa upah.
Bagiku keluarga
ibarat sebuah rumah. Rumah yang melindungi kita dari segala hal kejam dunia. Keluarga
lebih keren dari para aparat keamanan yang katanya mengayomi, melindungi, dan
melayani. Karena keluarga itu selain mampu mengayomi, melindungi dan melayani,
keluarga juga mampu mendidik, memahami, membahagiakan, menyamankan, dan
mendamaikan. Dan keluargaku punya semua hal – hal tersebut.
Keluargaku
mampu membahagiakan ku dengan hal – hal kecil mereka walau sekedar untuk
berbagi lelucon ringan atau cerita – cerita kecil yang bisa membuat setiap
waktu menjadi berharga bersama mereka. Dan aku adalah salah satu bagian dari
mereka. Aku bahagia aku bersyukur. Terima Kasih Tuhan.
Semoga
Allah akan selalu melindungi keluargaku, menganugerahi kenyamanan, kebahagiaan
dan kedamaian untuk keluargaku hingga nanti akan terwariskan di keluargaku
selanjutnya bersama imamku dan Titipan – titipan Tuhan. Amiin
Saat ini tugasku adalah bagaimana bisa menyunggingkan
senyuman bangga di bibir mereka, memantapkan diri, pengetahuan dan akhlak sebagai
bekal untuk membangun keluargaku di Masa depan.
Perkenankan
Tuhan. Amiin
0 komentar:
Posting Komentar