My Rainbow Dreams

Just Blogger Templates

Jumat, 11 Juni 2021

IMPERFECT TO BE PERFECT

Hari ini secara tidak sengaja ketika saya berselancar di dunia netflix ketemu dengan satu film Indonesia yang sudah hitz duluan beberapa waktu lalu. Saya mungkin salah satu orang yang paling terlambat nonton film ini. Karena sepanjang berkarir sebagai seorang penonton sebuah film saya lebih addict terhadap west tv series saja atau nemplok di west film. Film Indonesia sejujurnya jarang menjadi favorit (karena terlalu monoton di hal percintaan menye menye) walau ada beberapa yg memang bagus juga untuk di tonton.

Back to topic....
Yap, secara tak sengaja saya mengklik play film indonesia yang sempat booming sebelumnya, "IMPERFECT".

Saya sudah sering melihat & mendengar beberapa review film ini lewat story medsos teman-teman maupun influencer instagram namun masih tidak ada niat untuk menonton film ini. Batin saya, "yah mentok-mentok paling cem film lawas si Betty berbehel yang gendut kemudian berubah jadi cantik setelah usaha keras agar mendapatkan atensi lebih dari orang-orang sekitar". 

Namun entahlah mungkin karena suntuk yang makin kurang ajar, mencobalah saya nonton film ini. Part demi part berjalan saya makin penasaran hingga selesai pada endingnya. Saya yang tadinya underestimate dengan kwalitas film indonesia, akhirnya dengan kagum memberi beberapa poin plus dalam rating karir saya sebagai penonton sebuah film untuk kwalitas film indonesia. 

Mungkin teman-teman instagram sudah banyak yang lebih dahulu menyerap pelajaran banyak dari film ini. Saya tidak akan mereview film ini namun sekedar mengambil pelajaran yang sinkron dengan kehidupan hari ini.

Masalah insekyuritas pada perempuan memang masih menjadi masalah nomor satu dimuka bumi bagi perempuan itu sendiri. Saya tidak perlu random sample perempuan lain untuk membuktikan ini, terhadap diri saya sendiri pun saya belum berdamai. Sejujurnya sampe detik terakhir saya menulis postingan ini saya belum jadi pemenang terhadap insekyuritas diri saya sebagai perempuan yang memang lahir dari dominasi keindahan.

Perempuan itu sendiri sebenarnya manifestasi keindahan. Makanya ia hidup dari bulir-bulir kwalitas perasaan yang lebih banyak dari kwalitas akal. Karena dominasi demikian perempuan harus selalu merasa menjadi indah diantara yang paling indah. Tuntutan ini sudah berlangsung berabad lamanya hingga detik ini. Zaman cleopatra pun secara ekstrim perempuan sudah mati-matian mempertahankan dominasi itu. Ia harus sempurna, indah dan cantik diantara keindahan yang lain.

Berganti zaman hingga saat ini tuntutan tersebut makin gila. Bahkan sudah menjadi tren bagi para puan untuk menggadaikan harga dirinya sendiri sekedar untuk tetap mempertahankan dominasi keindahannya tanpa menggunakan akal yang Tuhan ciptakan dalam dirinya.

Terlebih dengan adanya platform media sosial yang makin mudah mempertontonkan siapa yang lebih indah, penyakit insekyuritas makinlah meradang hingga ke sel tubuh paling dalam. Hingga makin tak terhingga oknum-oknum yang memanfaatkan penyakit insekyuriti ini menjadi ladang bisnis. Di-branding lah perempuan-perempuan cantik sebagai patokan kesempurnaan perempuan. Padahal inti kecantikan perempuan bukan terletak pada fisiknya.

Saya sendiri bahkan belum berani menyatakan merdeka dari penyakit insekyuritas. Beberapa waktu lalu saya masih mati-matian menurunkan berat badan agar terlihat sempurna dimata orang lain yang sesungguhnya tidak berpengaruh terhadap jalur pernapasan orang lain. Saya masih mati-matian berjuang dari masalah kulit wajah yang belum tuntas agar terlihat cantik & rupawan dalam pandangan orang lain yang nyatanya hal ini benar-benar tidak berpengaruh terhadap sistem metabolisme orang lain. Belum lagi bentuk fisik lain yang menurut saya tak cocok bentuknya didalam tubuh saya. 

Apakah saya tidak berusaha untuk menyembuhkan penyakit ini? Tentu saya berusaha keras. Perjuangan saya sangat keras wahai puan sekalian. Karena jika ini dibiarkan meradang dan mengakar, pastinya akan menjadi toxic nomor 1 yang membunuh para puan secara perlahan. 

Bagaimana saya menyembuhkannya? I healing my self with accepting my self for who i am. Saya mulai belajar menerima gift yang sudah Tuhan berikan dalam diri saya sendiri. Saya belajar mencintai diri saya sendiri apa adanya. Saya belajar untuk paham tubuh saya adalah otoritas saya. Saya berjuang menurunkan badan & segala hal yang perlu dibenahi dalam metabolisme saya adalah untuk kepentingan diri saya sendiri bukan untuk kesenangan orang lain. Karena saya cinta & sayang dengan apa yang Tuhan ciptakan dalam jasad ini. Saya cinta tubuh saya dan saya tidak peduli jika orang lain tidak menyukai itu. Saya indah dan saya baik sebagai hasil ciptaan yang Maha Baik. Dan saya meyakinkan diri saya bahwa saya tidak memerlukan opini buruk orang lain terhadap diri saya yang mungkin isi kepalanya jauh berada dibawah mata kaki saya.

Tercipta sebagai perempuan sebenarnya menjadi sebuah kesyukuran bagi saya sebagai makhluk Tuhan jika saya menggunakan akal saya daripada dominasi perasaan. Membahas keistimewaan perempuan tak akan selesai jika dijabarkan lewat postingan ini. Jika saya tak mager lagi, mungkin akan saya tayangkan lewat podcast saja 😊

Intinya, kita perempuan adalah istimewa dimata orang yang tepat. Orang- orang baik yang tepat berada di sekitar kita pasti menerima kita apa adanya tanpa kita harus bersusah payah menunjukan pesona kecantikan fisik. Memikirkan kecantikan fisik secara paripurna tak akan pernah selesai hingga gunung-gunung dicabut dari tempatnya. Memikirkan bagaimana menjadi lebih indah dari yang lain secara materi pada setiap detik tak akan pernah selesai hingga langit menjadi alas bumi.

Maka, mulailah dengan memperbaiki cara berfikir. Perempuan yang mencerdaskan isi kepalanya justru akan melahirkan kecantikan murni tanpa bersusah payah untuk dipoles. Cantik isi kepala, cantik isi hati pasti akan mempesona seluruh alam semesta dan seisinya. Jika tak percaya, silahkan para puan buktikan sendiri 😊


0 komentar:

Posting Komentar