Dari lamanya proses hidup yang
telah terjalani sekian tahun, bulan, hari, jam hingga detik akhirnya waktu yang
dinanti pun tiba. Ini bukan judul lagu nya grup band ungu “waktu yang dinanti”
tapi tentang bagaimana akhirnya hasil mampu membanggakan proses. Betapa tidak,
Tuhan akhirnya mengetuk pintu hati yang selama ini tertutup rapat yang didalamnya
terdapat kesibukan total dengan
aktivitas duniawi yang pastinya bikin lupa diri hingga hampir pula lupa Tuhan.
Namun
begitulah hebatnya Tuhan yang memiliki sifat Maha Penyayang, sekalipun Tuhan
risih bahkan mungkin jijik dengan hambanya yang sok sombong ini (padahal apalah
aku ini, mungkin hanya serbuk jasjus yang berceceran ditanah kering bisa-bisanya
sok sombong ga ingat Tuhan) Dia justru mengetuk pintu hati ini dengan penuh
cinta dan kasih sayang (Maha Suci Allah).
Ini bukan semata karena dapat
hidayah makanya jadi sadar untuk memperbaiki diri kearah yang lebih baik. Sejatinya,
hidayah itu datang hanya untuk orang – orang yang siap menerima. Tidak karena
dipaksa atau terpaksa. Sekalipun kita memaksa untuk menjemput hidayah, teteup
hidayah kekeuh ga bakal mau ikut ketika kamunya masih belum siap secara lahir
apalagi batin. Dan bagi yang sudah di berkahi hidayah, ngucap syukur nya harus
berlimpah karena ga semua bisa dapat berkah tersebut. Itulah mungkin banyak
perkataan bahwa “yang masuk surga itu ga banyak” atau “jadi orang baik itu ga
gampang”. I’m personal pun bukan ngomong secara pribadi kalo udah diturunkan
hidayah, karena yang Maha menilai baik dan buruknya manusia hanyalah Allah
Tuhan Semesta Alam. Ini mungkin lebih kepada kesadaran dan hasil pemikiran
pribadi bahwa selama ini yang jadi keinginanku tidak selamanya baik untuk diriku,
sehingga Tuhan menurunkan pemahaman bahwa “Aku memberi apa yang kamu butuhkan
bukan apa yang kamu inginkan”. And well I get it. Tuhan ngasih semua yang aku
butuhkan bukan apa yang aku inginkan.
Ketika kita berusaha untuk
memenuhi apa yang kita inginkan, bukan menelaah apa yang kita butuhkan
disitulah peran iblis dipertanyakan. Iblis akan dinilai make a good job ketika
berhasil meracuni manusia agar cenderung pada materi (dunia) daripada akhirat. Didukung
dengan sifat manusia itu sendiri sebagai makhluk yang tidak pernah puas,
pemenuhan kepuasan manusia pasti cenderung pada pemenuhan materi (dunia). Jika dunia
lebih menjadi kecenderungan bagi manusia, sudah barang tentu akhirat mungkin
hanya akan bernilai bagai sedotan aleale semata (jadi tak bernilai dan
dilupakan). Dan akan dinilai celaka ketika kita lebih mengunggulkan dunia
dibandingkan akhirat karena sejatinya perumpaan lamanya waktu hidup didunia dengan
kematian hanya selang waktu antara adzan dengan waktu sholat (bayangin men, lu
sibuk hura2 naudzubillah lu ga nyadar udah giliran nomor antrian lu yang
dipanggil masuk pintu maut sementara lu ga punya bekal sama sekali untuk dibawa
ke alam akhirat, naudzubillah).
Ketika Manusia diciptakan, Tuhan
pasti membubuhi esensi kebaikan dan akal. Kedua hal tersebut merupakan potensi
spiritual yang wajib untuk dikembangkan agar nantinya diri kita bisa menjadi
pribadi yang siap untuk menerima Hidayah Tuhan. Namun jangan lupa pula, kita
pun di bubuhi dengan nafsu yang bersimbol pada sisi negative manusia, dan jika
dibiarkan berkembang tanpa ada kontrol akal sudah barang tentu hasilnya akan
menjadikan kita manusia tak berguna alias manusia ZONK! Disinilah kita
berproses, ketika kita pertama kali mengenal hal baik dan buruk pasti
kecenderungan pada hal baik adalah ketenangan,kedamaian dan kenyamanan hati
sementara kecenderungan pada hal buruk adalah kesenangan yang mengadiksi, oleh
sebab itu efek adiksi yang menyenangkan pasti akan cenderung terus menerus
dilakukan layaknya orang kecanduan narkoba. Makanya manusia lebih senang
melakukan perbuatan buruk daripada berbuat kebaikan karena seperti yang di
bicarakan diatas “manusia lebih senang memenuhi keinginannya daripada menelaah
apa yang dibutuhkan”. Ketika akal kita mampu mengontrol semuanya, jelas kita
akan lebih mencari apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Dan
semua pasti sepakat bahwa kebutuhan sejati manusia itu adalah ketenangan,
kenyamanan, dan kedamaian serta kebahagiaan. Bukan iphone, gadget mahal, mobil
mahal, rumah mewah atau harta berlimpah. Ga ada gunanya punya harta segunung
namun fisik sakit. Is that true? Absolutely true bagi orang yang berfikir dan ga
rakus!
Dengan demikian terjawab bahwa,
ketika kita berproses dengan memupuk esensi kebaikan dan akal tadi sebagai
potensi utama diri, Tuhan jelas akan memberi pemahaman dengan hasil pemikiran
kita sendiri bahwa sejatinya “Aku memberikan apa yang kamu butuhkan bukan apa
yang kamu inginkan”. dan jika kita berproses sesuai dengan aturan tadi, jelas
akan memberikan hasil yang tidak pernah mengecewakan proses. Hasil tadi yang
menjadi simbol kesiapan diri kita sebagai manusai yang siap dan mampu untuk
diturunkan hidayah Tuhan.
And the last, I should say big
thankyou for Allah yang telah menyertai proses ku selama ini. Dari keadaan
jahiliyah hingga mampu menumbuhkan cinta kepada Allah yang tak pernah terbatas
ruang dan waktu. Mohon doa, insyallah indah bisa terus istiqomah berjalan di
jalur dan koridor yang tepat. Insyallah !
0 komentar:
Posting Komentar