Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh. Kita mulai sidang hari ini dengan ucapan basmalah
“Bismillahirrahmanirrahim”. Lah ini kok jadi ngomongin sidang ? Maaf readers
terkasih efek dari banyaknya tayangan persidangan ayu ting tong sama enji di
infoteimen sih hihihi :p
Sebelumnya, lama sekali
ternyata gue ga update blog lagi. Sekiranya terakhir kali ngeblog yah sehari
sebelum firaun tenggelam di laut merah. Sekarang aja gue udah jenggotan yang
panjangnya udah selantai. Sebelum gue masuk blog lagi, gue sempat manggil imam
mesjid buat ngebacain doa keselamatan ke blog gue. Biar setan2 yang mendiami
blog gue sesegera mungkin beranjak, secara menurut mitosnya orang katro
ke-jadul2-an tempat yang udah lama gak di tempatin yah pasti udah jadi sarang
makhluk astral. Daripada pas nanti gue lagi asik – asiknya ngetik terus
kesurupan kan gak oke.
Ada beberapa hal nyata yang
emang lagi menghambat gue buat update blog lagi. Salah satunya adalah karena
kantong eik lagi diserang virus “LABILisius EKONOMIkus”. Iya salah satu virus
yang mewabah pada orang yang berumur 21 tahun keatas dengan status pengangguran
berbalut mahasiswa. Harusnya emang diumur segitu, udah jadi umur yang produktif
buat manjain diri dengan uang sendiri dan merasa malu kalo masih make uang
orang tua.
Untuk memulai aktifitas blog
di tahun 2014 ini gue bakal ngucapin selamat berjuang untuk para calon
legislatif DPRD, DPD, maupun DPR RI. Semoga sukses di tanggal 9 April, banyak –
banyakin hambur uang biar kepilih. Yang nanti terpilih semoga menjadi tempat
terbaik untuk menampung amanah rakyat dan yang ga kepilih jangan beralih
mendaftar jadi penghuni Rumah sakit jiwa yah :p
Oke kebanyakan ngoceh guenya
yak. Langsung ke point pembahasannya aja “ Pacaran ( Kebutuhan atau tren ? )
Kalo bicara pacaran emang
bisa panjang. Sepanjang cerita sinetron Tersanjung digabung sama Cinta Fitri.
Kenapa gue bilang panjang ceritanya? Karena pacaran selalu menjadi topik
terhangat jika dikaitkan dengan pemahaman agama. Untuk yang Muslim tentunya
menjadi pihak mutlak yang menolak yang namanya pacaran, namun kenyataanya masih
banyak juga umat muslim yang pacaran sihh :D
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002: 807), pacar adalah kekasih
atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan
cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; [atau] berkasih-kasihan [dengan sang
pacar]. Memacari adalah mengencani; [atau] menjadikan dia sebagai pacar.” (PIA:
19) “Sementara kencan sendiri menurut kamus tersebut (lihat halaman 542) adalah
berjanji untuk saling bertemu di suatu tempat dengan waktu yang telah
ditetapkan bersama.” (PIA: 20).
Jika
definisi-definisi baku tersebut kita satukan, maka rumusannya bisa terbaca
dengan sangat jelas sebagai berikut: Pacaran adalah bercintaan atau
berkasih-kasihan (antara lain dengan saling bertemu di suatu tempat pada waktu
yang telah ditetapkan bersama) dengan kekasih atau teman lain-jenis yang tetap
(yang hubungannya berdasarkan cinta-kasih). Singkatnya, pacaran adalah
bercintaan dengan kekasih-tetap.”
Dari
definisi di atas kite – kite bisa tarik kesimpulan kalo pacaran itu adalah
bercintaan dengan kekasih tetap. Artinye kite melakukan cinta dengan kekasih
tetap artinya gak berpindah pindah ke yang lain. Kalo menurut ajaran yang gue
yakini kekasih tetap itu yah suami atau istri kita, yakni ada pernikahan yang
mengikat antara laki – laki dan perempuan sehingga menjadi halal dan sah dalam mengikuti
fitrah dan naluri untuk memperbanyak keturunan.
Menurut
gue pribadi, pacaran sebenarnya adalah suatu hal yang dikerjakan setelah adanya
ikatan halal antara laki – laki dan perempuan dalam memuaskan nalurinya.
Pacaran adalah bentuk perlakuan atau praktik nyata dari pengikatan CINTA laki –
laki dan perempuan sebagai fitrah antara laki – laki dan perempuan, dan PACARAN-lah
yang nanti menjadi jembatan untuk memuaskan naluri laki – laki dan perempuan
dalam memperbanyak keturunan. Bisa dipahami kan maksud dari bu guru ?
Jadi
sebenarnya tidak ada pengharaman dalam islam untuk pacaran, kalo pacarannya
dilakukan dalam waktu, tempat, dan status yang tepat. Sesuatu itu juga
dinamakan haram kalo sesuatu yang
dilakukan itu kontradiksi dengan yang dianjurkan. Bisa kita pahami pula, ketika
pacaran menjadi jembatan untuk memuaskan naluri laki – laki dan perempuan dalam
memperbanyak keturunan kemudian dilakukan dalam waktu, tempat dan status yang
tak tepat, bakal apa yang terjadi ? Jawab ! Jawaban di kumpulkan setelah bel
jam pelajaran selesai.
Yang terjadi
saat ini, pacaran sudah salah dimaknai oleh hampir seluruh umat di dunia ini.
Terutama untuk umat alay yang makin mendominasi di dunia dan telah menjadi
ancaman untuk perkembangan otak anak remaja masa kini. Kita tidak memungkiri
efek buruk dari yang namanya pacaran tidak pada waktu, tempat dan status yang
tepat. Efek terburuk yang paling mengerikan yang bisa jadi gambaran adalah
kasus terbunuhnya gadis muda yang pelaku pembunuhannya adalah mantan pacar dan
pacar dari mantannya. Seandainya dia ga pacaran sama mantannya, kemungkinan
penjemputan ajalnya ga akan se tragis gitu. Belum lagi efek galau karena
ditinggal pacar karena pacar lebih senang dengan rumput hijau tetangga, belum
lagi aksi jambak – jambakan sama saiber yang suka dengan orang yang kita suka,
belum lagi aksi teror – meneror, minum bayg*on, gantung diri, belum lagi aksi
demo mahasiswa untuk menurunkan rektor, dan aksi – aksi negatif yang lain.
Banyak !!!
Coba
kalo kita menempatkan pacaran pada waktu, tempat dan status yang tepat,
kerugian dan dampak buruk tersebut tentu mustahil bakal terjadi. Ga pernah
sejarahnya yang gue tau kalo orang yang nikah dulu baru pacaran trus
pernikahannya ga awet. GA PERNAH!!! Kenapa gue ngotot bin Capslock karena gue
sendiri udah survey sama orang yang melakukan metode pacaran pasca nikah
semuanya menyatakan puas, menyenangkan, bikin addict, menggembirakan dan
tentunya mengasyikkan. Pasti banyak yang kontra setelah gue kasih stetmen
diatas, “lah ndah, gimana bisa bahagia gitu sementara kalo kita nikah kan harus
tau dulu pasangannya kayak gimana. Kalo qt gak pacaran dulu gimana kita bisa tau
coba ?” nah itulah seringkali jadi tameng dari si pelaku pacaran. Sebenarnya
ada pendekatan sebelum kita menikah dan menentukan calon suami atau isteri
kita, kalo di ajaran gue namanya ta’aruf. Jadi pihak laki – laki mencari tahu
karakter, sifat dan semua yang berkaitan dengan si perempuan dari orang
terdekat pihak perempuan baik itu saudara, maupun orang tua si perempuan.
Setelah keduanya saling cocok maka langsung deh nikah. Jadi ga ada adegan
nonton berdua, makan berdua, jalan berdua, selfie berdua, karaoke berdua, dan
semuanya yang serba berdua. Apalagi sampe ada adegan manggil papi – mami.
Ueekkkkkkk !!
Yang
pada penasaran sama pacaran pasca nikah, silahkan langsungkan akad nikah dan
cicipi manisnya pacaran pasca nikah. Gue sendiri iri bin envy cuyyyy pas denger
temen gue ngomong pengalamannya.
So, apakah
sebenarnya pacaran adalah kebutuhan atau hanya sekedar tren ?
Pacaran
menjadi kebutuhan jika kita memang telah butuh dan masuk dalam kriteria untuk
melakukan pacaran. Menjadi kebutuhan ketika kita telah siap untuk membangun
mahligai pernikahan sehingga pacaran menjadi kebutuhan untuk pemanis pernikahan
hingga tercipta kehidupan penuh kasih dan cinta antara istri dan suami serta
menjadi jembatan juga untuk menghasilkan keturunan terbaik sebagai hiasan dunia
dan akhirat. Ceilehhhh bahasanyaaa :p
Tidak
tepat jika pacaran hanya dijadikan tren gaul – gaulan masa kini. Mo gaul –
gaulan yah harus yang hasilnya positif. Sesuatu hal yang telah diridhoi oleh
pencipta akan sesuatu pasti akan lebih nikmat dijalaninya cuyy.
Sekarang
saatnya berubah. Stop Pacaran Sebelum Nikah, Save Satinah dan Coblos Farhat Abbas.
Sekian
dan terima kasih.
Wassalam
....................!!!
NB: doain gue biar gak pacaran lagi yak :p
0 komentar:
Posting Komentar