My Rainbow Dreams

Just Blogger Templates

Rabu, 02 April 2014

Pacaran ( kebutuhan atau tren ? )


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kita mulai sidang hari ini dengan ucapan basmalah “Bismillahirrahmanirrahim”. Lah ini kok jadi ngomongin sidang ? Maaf readers terkasih efek dari banyaknya tayangan persidangan ayu ting tong sama enji di infoteimen sih hihihi :p

 Sebelumnya, lama sekali ternyata gue ga update blog lagi. Sekiranya terakhir kali ngeblog yah sehari sebelum firaun tenggelam di laut merah. Sekarang aja gue udah jenggotan yang panjangnya udah selantai. Sebelum gue masuk blog lagi, gue sempat manggil imam mesjid buat ngebacain doa keselamatan ke blog gue. Biar setan2 yang mendiami blog gue sesegera mungkin beranjak, secara menurut mitosnya orang katro ke-jadul2-an tempat yang udah lama gak di tempatin yah pasti udah jadi sarang makhluk astral. Daripada pas nanti gue lagi asik – asiknya ngetik terus kesurupan kan gak oke.

Ada beberapa hal nyata yang emang lagi menghambat gue buat update blog lagi. Salah satunya adalah karena kantong eik lagi diserang virus “LABILisius EKONOMIkus”. Iya salah satu virus yang mewabah pada orang yang berumur 21 tahun keatas dengan status pengangguran berbalut mahasiswa. Harusnya emang diumur segitu, udah jadi umur yang produktif buat manjain diri dengan uang sendiri dan merasa malu kalo masih make uang orang tua. 

Untuk memulai aktifitas blog di tahun 2014 ini gue bakal ngucapin selamat berjuang untuk para calon legislatif DPRD, DPD, maupun DPR RI. Semoga sukses di tanggal 9 April, banyak – banyakin hambur uang biar kepilih. Yang nanti terpilih semoga menjadi tempat terbaik untuk menampung amanah rakyat dan yang ga kepilih jangan beralih mendaftar jadi penghuni Rumah sakit jiwa yah :p

Oke kebanyakan ngoceh guenya yak. Langsung ke point pembahasannya aja “ Pacaran ( Kebutuhan atau tren ? )

Kalo bicara pacaran emang bisa panjang. Sepanjang cerita sinetron Tersanjung digabung sama Cinta Fitri. Kenapa gue bilang panjang ceritanya? Karena pacaran selalu menjadi topik terhangat jika dikaitkan dengan pemahaman agama. Untuk yang Muslim tentunya menjadi pihak mutlak yang menolak yang namanya pacaran, namun kenyataanya masih banyak juga umat muslim yang pacaran sihh :D

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002: 807), pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; [atau] berkasih-kasihan [dengan sang pacar]. Memacari adalah mengencani; [atau] menjadikan dia sebagai pacar.” (PIA: 19) “Sementara kencan sendiri menurut kamus tersebut (lihat halaman 542) adalah berjanji untuk saling bertemu di suatu tempat dengan waktu yang telah ditetapkan bersama.” (PIA: 20).

Jika definisi-definisi baku tersebut kita satukan, maka rumusannya bisa terbaca dengan sangat jelas sebagai berikut: Pacaran adalah bercintaan atau berkasih-kasihan (antara lain dengan saling bertemu di suatu tempat pada waktu yang telah ditetapkan bersama) dengan kekasih atau teman lain-jenis yang tetap (yang hubungannya berdasarkan cinta-kasih). Singkatnya, pacaran adalah bercintaan dengan kekasih-tetap.”

Dari definisi di atas kite – kite bisa tarik kesimpulan kalo pacaran itu adalah bercintaan dengan kekasih tetap. Artinye kite melakukan cinta dengan kekasih tetap artinya gak berpindah pindah ke yang lain. Kalo menurut ajaran yang gue yakini kekasih tetap itu yah suami atau istri kita, yakni ada pernikahan yang mengikat antara laki – laki dan perempuan sehingga menjadi halal dan sah dalam mengikuti fitrah dan naluri untuk memperbanyak keturunan. 

Menurut gue pribadi, pacaran sebenarnya adalah suatu hal yang dikerjakan setelah adanya ikatan halal antara laki – laki dan perempuan dalam memuaskan nalurinya. Pacaran adalah bentuk perlakuan atau praktik nyata dari pengikatan CINTA laki – laki dan perempuan sebagai fitrah antara laki – laki dan perempuan, dan PACARAN-lah yang nanti menjadi jembatan untuk memuaskan naluri laki – laki dan perempuan dalam memperbanyak keturunan. Bisa dipahami kan maksud dari bu guru ? 

Jadi sebenarnya tidak ada pengharaman dalam islam untuk pacaran, kalo pacarannya dilakukan dalam waktu, tempat, dan status yang tepat. Sesuatu itu juga dinamakan haram kalo  sesuatu yang dilakukan itu kontradiksi dengan yang dianjurkan. Bisa kita pahami pula, ketika pacaran menjadi jembatan untuk memuaskan naluri laki – laki dan perempuan dalam memperbanyak keturunan kemudian dilakukan dalam waktu, tempat dan status yang tak tepat, bakal apa yang terjadi ? Jawab ! Jawaban di kumpulkan setelah bel jam pelajaran selesai.

Yang terjadi saat ini, pacaran sudah salah dimaknai oleh hampir seluruh umat di dunia ini. Terutama untuk umat alay yang makin mendominasi di dunia dan telah menjadi ancaman untuk perkembangan otak anak remaja masa kini. Kita tidak memungkiri efek buruk dari yang namanya pacaran tidak pada waktu, tempat dan status yang tepat. Efek terburuk yang paling mengerikan yang bisa jadi gambaran adalah kasus terbunuhnya gadis muda yang pelaku pembunuhannya adalah mantan pacar dan pacar dari mantannya. Seandainya dia ga pacaran sama mantannya, kemungkinan penjemputan ajalnya ga akan se tragis gitu. Belum lagi efek galau karena ditinggal pacar karena pacar lebih senang dengan rumput hijau tetangga, belum lagi aksi jambak – jambakan sama saiber yang suka dengan orang yang kita suka, belum lagi aksi teror – meneror, minum bayg*on, gantung diri, belum lagi aksi demo mahasiswa untuk menurunkan rektor, dan aksi – aksi negatif yang lain. Banyak !!!

Coba kalo kita menempatkan pacaran pada waktu, tempat dan status yang tepat, kerugian dan dampak buruk tersebut tentu mustahil bakal terjadi. Ga pernah sejarahnya yang gue tau kalo orang yang nikah dulu baru pacaran trus pernikahannya ga awet. GA PERNAH!!! Kenapa gue ngotot bin Capslock karena gue sendiri udah survey sama orang yang melakukan metode pacaran pasca nikah semuanya menyatakan puas, menyenangkan, bikin addict, menggembirakan dan tentunya mengasyikkan. Pasti banyak yang kontra setelah gue kasih stetmen diatas, “lah ndah, gimana bisa bahagia gitu sementara kalo kita nikah kan harus tau dulu pasangannya kayak gimana. Kalo qt gak pacaran dulu gimana kita bisa tau coba ?” nah itulah seringkali jadi tameng dari si pelaku pacaran. Sebenarnya ada pendekatan sebelum kita menikah dan menentukan calon suami atau isteri kita, kalo di ajaran gue namanya ta’aruf. Jadi pihak laki – laki mencari tahu karakter, sifat dan semua yang berkaitan dengan si perempuan dari orang terdekat pihak perempuan baik itu saudara, maupun orang tua si perempuan. Setelah keduanya saling cocok maka langsung deh nikah. Jadi ga ada adegan nonton berdua, makan berdua, jalan berdua, selfie berdua, karaoke berdua, dan semuanya yang serba berdua. Apalagi sampe ada adegan manggil papi – mami. Ueekkkkkkk !!

Yang pada penasaran sama pacaran pasca nikah, silahkan langsungkan akad nikah dan cicipi manisnya pacaran pasca nikah. Gue sendiri iri bin envy cuyyyy pas denger temen gue ngomong pengalamannya.

So, apakah sebenarnya pacaran adalah kebutuhan atau hanya sekedar tren ? 

Pacaran menjadi kebutuhan jika kita memang telah butuh dan masuk dalam kriteria untuk melakukan pacaran. Menjadi kebutuhan ketika kita telah siap untuk membangun mahligai pernikahan sehingga pacaran menjadi kebutuhan untuk pemanis pernikahan hingga tercipta kehidupan penuh kasih dan cinta antara istri dan suami serta menjadi jembatan juga untuk menghasilkan keturunan terbaik sebagai hiasan dunia dan akhirat. Ceilehhhh bahasanyaaa :p

Tidak tepat jika pacaran hanya dijadikan tren gaul – gaulan masa kini. Mo gaul – gaulan yah harus yang hasilnya positif. Sesuatu hal yang telah diridhoi oleh pencipta akan sesuatu pasti akan lebih nikmat dijalaninya cuyy.

Sekarang saatnya berubah. Stop Pacaran Sebelum Nikah, Save Satinah dan Coblos Farhat Abbas. 

Sekian dan terima kasih.
Wassalam ....................!!!

NB: doain gue biar gak pacaran lagi yak :p

0 komentar:

Posting Komentar